Senin, 18 Juli 2016

Melahirkan Zidane Secara Normal

Alhamdulillah... syukur yang tak terkira sampai hari ini masih diberikan kesehatan, umur panjang, dan masih bisa mendampingi Zidane tumbuh dan berkembang. Untuk Zidane, suatu saat ketika Zidane sudah dewasa, Zidane bisa membaca blog ini. Blog ini akan menjadi cerita kita, tentangmu yang lahir ke dunia ini, memberikan kebahagiaan pada kami. Kamu, Zidane, mengubah kami dari hanya Suami Istri menjadi Ayah dan Bunda. Di silsilah Ayah, kamu mengubah dari tante menjadi mbah, dari om, menjadi mbah. Sekarang ini, ketika blog ini dibuat usia Zidane 13 bulan 5 hari. Sudah lancar berjalan, bahkan kadang lari. Sudah bisa menendang bola, karena sukanya maen bola. Sudah bisa bilang apa? apa? Kalau bertanya maupun punya keinginan dan sudah bisa diajak komunikasi dengan baik. Semoga makin hari Zidane semakin tumbuh menjadi anak yang sehat, cerdas, pandai, rajin, soleh, berbakti pada orang tua dan berguna untuk orang lain, bangsa dan negara.

Di blog ini saya mau share pengalaman melahirkan secara normal dan seputar menjelang melahirkan. Alhamdulillah bisa normal melahirkan bayi imut dengan berat 2.65 kg. Alhamdulillah Zidane lahir dan tidak tergolong premature. Setelah 5 hari control, berat badannya sempat turun 2.4 kg. Tapi kembali lagi tak hentinya mengucap rasa syukur, penurunan berat badan normal karena bayi sedang adaptasi dengan dunia dan lingkungan. Turun sekitar 9.4%. Alhamdulillah masih tergolong wajar atau normal karena masih dalam range 7-10%. Memang mepet banget, tapi masih tergolong normal.

Flash back lebih dari 14 bulan yang lalu, saya dan suami masih rutin control 2 minggu sekali di dokter stella di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading. Dokter sudah mengecek tulang panggul muat atau tidak untuk melahirkan normal. Alhamdulillah bisa normal. Kemudian rencana mau melahirkan di Jogja International Hospital (JIH), membuat kami sempat was was apakah waktu pulang kami yang mepet beresiko untuk lahiran di jalan. Seperti di berita memang tapi membayangkannya juga sudah nggak bisa. Kami memilih lahiran di Jogja karena merupakan cucu pertama dari keluarga Suami. Meskipun menjadi nightmare karena mengurus Zidane sendirian di malam hari. Terbayang kan, ibu-ibu yang sudah pernah melahirkan bayinya pasti merasakan bagaimana perjuangan menjaga bayi yang kalau malam melek, dan kalau siang tidur.

Akhirnya kami memutuskan untuk pulang di hari Kamis. Karena takut kena goncangan pesawat, maka kami memutuskan untuk menggunakan kereta eksekutif. Tiba di Jogja hari Jum'at dini hari, di hari itu juga langsung check up ke dokter Enny di JIH. Alhamdulillah semua normal, bayinya aktif, air ketuban cukup, tidak ada indikasi keterbelakangan mental, tidak ada indikasi bibir sumbing, katub jantung normal, tulang tangan dan kaki normal. Kami cukup lega. Berat badan dicheck 2.660 gram. Jika lahiran tergolong tidak premature. Kembali lagi kami merasa lega.

Pesan dari dokter Enny Setyo Pamuji, Sp. OG, kalau kontraksi tadinya 30 menit, kemudian 20 menit, kemudian 10 menit langsung ke Rumah Sakit. Kemudian diberikan surat pengantar ke UGD. Kalau mau lahiran jangan terlalu lama di jalan, karena nanti air ketuban bisa hijau dan menurunkan IQ 5 point. Ini termasuk membuat stress karena kami sebagai orang tua pasti tidak menginginkan anak kami kehilangan 5 point IQnya. Air ketuban juga bisa keluar pada saat akan melahirkan, disebut sebagai ketuban rembes. Jangan sampai kehabisan ntar kasihan bayinya nggak kehabisan air ketuban di dalem perut kita. Biasanya ini langsung disesar. Kalau Zidane alhamdulillah nggak.

Kemudian kami join ke acara aqiqah dari saudara suami. Setelah itu pada sabtu pagi kami kembali ke acara khitan dari saudara suami. Sabtu malam, kami mengikuti acara aqiqah dari tetangga depan rumah suami yang juga teman bermain suami masa kecil.

Minggu dini hari jam 12.06, tahu jamnya karena lihat jam di handphone, perut rasanya kenceng banget, disertai mules. Aku bingung apakah ini kontraksi palsu atau bukan. Mau bangunin suami, suami pasti bakalan terganggu karena minggu sore harus kembali ke Jakarta untuk bekerja. Kemudian aku memberanikan diri untuk membangunkan suami. "Mas..mas.. perutku sakit nih. Mules. Kayaknya kontraksi. Tapi nggak tau kontraksi beneran atau kontraksi palsu." kataku. "Lho emang kenapa? Mungkin kamu kecapekan, kan soalnya dari kemarin kamu belum istirahat." jawabnya. "Ya udah aku baca dulu itu kontraksi beneran atau kontraksi palsu." jawabku lagi.

Kemudian aku baca di hanphone suami. Aku dapet info kontraksi palsu. Tapi kok rasanya sering ya. 15 menit sekali, kadang 20 menit sekali. Nggak beraturan seperti yang diinformasikan dokternya. Kemudian aku coba ke toilet. Nggak pengen buang air besar, nggak pengen buang air kecil. Biasanya bangun tidur, perut memang kenceng, tapi kalau sudah dipakai buang air kecil sudah lega. Ini masih aja kenceng.

Mama memang sudah pernah bilang, kalau 3 hari menjelang melahirkan, bayi tidak akan aktif menendang-nendang karena sedang mencari jalan. Aku percaya aja karena Mama sudah melahirkan 4 orang anaknya secara normal. Aku urutan yang ketiga. Tapi pas waktu di kereta dan di mobil, bayinya memang diam, tapi ketika diusap-usap untuk komunikasi dia nendang juga. Aku cuma pengen ngecek aja bayinya masih aktif atau hidup.

Kemudian aku ditanya suami, "Gimana hasil bacanya? Beneran kontraksi palsu atau nggak?"."Nggak tau, kayaknya kontraksi palsu." Sampai paginya suami memutuskan untuk bilang ke mertua. Kemudian jam 7.30 WIB kami bersama Ibu, biasa kami memanggil mertua cewek, ke bidan terdekat. Tidak lupa kami membawa surat pengantar dan buku history kehamilan.
Pas di acara aqiqah depan rumah, aku sudah dikasih tahu, kalau sudah kontraksi langsung mandi keramas. Biar segar. Aku ikuti apa nasehatnya. Dikasih tahu juga sama Pak Boss. Istrinya sebelum melahirkan disuruh makan yang banyak agar dapet energi. Aku juga makan, tapi nggak gitu banyak karena memang kontraksi itu pas datang bikin sakit dan tidak bisa apa-apa selain menahan sakitnya.
Ketika diperiksa di bidan terdekat sudah pembukaan 1. Astaghfirullah, Zidane mau lahir. Itu berarti dimulai perjuanganku untuk melahirkannya ke dunia.

Perjalanan ke Rumah Sakit JIH membutuhkan waktu 1 jam, aku isi dengan pegangan di tangan mobil yang atas dan mengaji yasin. Alhamdulillah dapet 2 kali. Itu juga sambil menahan sakitnya kontraksi. Setelah itu hanya bisa berdzikir sampai menjelang melahirkan. Benar-benar mempertaruhkan nyawa. Semua diserahkan pada Allah. Allah Yang Maha Segalanya. Yang punya segalanya. Semoga dimudahkan. Itu doa kami.

Kemudian kontraksi pun datang lagi, makin lama makin cepat durasinya. Ketika kontraksi itu datang, tangan suami aku pegangin, kuat banget. Aku nggak berasa nyakar-nyakar ya.. Tapi after lahiran aku lihat memang ada bekas cakaran kuku. Mungkin saking kuatnya aku pegang dan tarik-tarik. Tapi pegangan yang kuat dari suami itu membuat kita sebagai seorang ibu yang melahirkan menjadi semakin kuat dan punya energi lebih untuk melahirkan anaknya.

Suamiku memang aku minta untuk menunggui, kalau nggak sama Mama. Eh malah pas teringat mama aku langsung mewek, karena berfikir, dulu kayak gini ya mama rasanya pas nglahirin aku...
hiks...hikss...hikss..... habis itu aku paham betul bagaimana rasa sayangnya orang tua ke anak. Setelah melahirkan aku juga mendapatkan ilham aku kerja sebaik-baiknya saja.

Pada saat masuk ke UGD alhamdulillah aku bisa jalan sendiri. Masih sadarkan diri tapi ketika sakit lagi kontraksinya aku pegangan bed UGD. Suami dan mertua mengurus administrasi. Kemudian diambil sample darah dan urine. Setelah itu dibawa baik ke kamar pasien. Setelah dicheck oleh bidan dan dokter jam 9.00 WIB masih pembukaan 1. Kata dokter ditunggu saja. Kalau pembukaan masih belum nambah nanti bisa pulang dulu. Detak jantung bayi juga direkam. Kata mbak bidan jika bayinya gerak pencet tombol. Aku tungguin bayinya nggak gerak-gerak atau aku yang nggak ngeh karena sakitnya rasa kontraksi, yang aku rasa hanya kontraksi. Aku pegangin tangan suami. Ketika suami mengurus administrasi, Ibu mengulurkan tangannya untuk aku pegangi. Jam 10.00 WIB sudah bukaan 3. Jam 10.30 WIB bukaan 5. Kemudian aku dipindah ke kamar persalinan.

Kemudian kontraksi itu makin sering dan bolak balik mbak-mbak bidan, perawat, mengecek sudah bukaan berapa. Nah, mulailah aku teriak. Teriak karena nahan sakit kontraksi. Nggak boleh mengejan lagi pas kontraksi. Karena dapat menutup jalan lahir dan bayinya menjadi sesak nafas. Aku nggak kuat pengen mengejaaaaaannn. Akhirnya mengejan. Ternyata sudah bukaan 7 dan keluar ketuban spot 1. Itu kata suami info dari mbak-mbak bidan atau perawat yang nungguin. Keluarnya seperti air pipis. Banyak banget. Pada saat itu darah sudah banyak yang keluar. Makin lama makin sakit yang luar biasa. Trus aku tanya ke mbak-mbaknya,"Apa tadi mbak?". Jawabnya,"Hanya pipis doang."Jawabnya bohong untuk melegakanku. "Ooooo." Jawabku. Kemudian kontraksi lagi. Dicek lagi pembukaan 8. Suami tak henti-hentinya melafalkan dzikir, membimbingku agar tetap kuat dan menyebut asma Allah. Makasih suamiku I love You Full deh.. Tanganmu yang kuat juga sangat menguatkanku.

Kemudian kontraksi lagi, teriak lagi. Teriaknya nggak pakai jaim. Seperti teriakan pemimpin upacara. Loss tanpa control. Nggak ada jaim-jaiman. "AAAAAAAAAAAAAAAAAAAaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa." Dicek lagi. Pembukaan 10. Kemudian suami melepaskan tanganku. Kakiku disuruh taruh di pancatan kursi untuk menekan. Bersiap untuk melahirkan. Kali ini sangat lega karena sudah boleh mengejan. Belum disuruh mengejan aku sudah mengejan. Kata mbak-mbaknya,"Ntar kalau sakit lagi baru mengejan." Aku pun kembali mengejan. Kemudian bersamaan aku mengejan pantat bayinya didorong dari perut bagian kanan atas. Tangan Dokter Enny sudah siap menunggu menangkap bayinya dan sepertinya aku merasakan robek sampai ke anus. Bunyinya "kreeeeekkkk" seperti merobek baju. Akhirnya Zidane lahir berasa keluar dari kepala, badan tangan. Yeayyyyyy!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Lahir masih dalam bungkusan selaput dengan air ketuban jernih. Info dari suami sih nilai APGAR 10. Dokter bayi yang mengurusinya dokter Nur Laili, bilang kalau bayinya bagus. Keluar dalam keadaan sujud. Bayinya sehat. Nangisnya kenceng. Sampai ketika dia nangis bayi yang lain diam. Kemudian bayinya dimandikan untuk memecahkan selaput ketubannya hanya dengan disiram air.
Aku denger pembicaraan dokternya," Air ketubannya jernih ya?" "Iya dok jernih bagus." Dokter Enny menimpali,"Alhamdulillah berarti nggak telat di dalem" Infonya memang kalau bayinya stress bisa membuat bayi eek di dalam dan air ketuban berwarna hijau. Itu bisa menurunkan IQ 5 point.

Trus kemudian ibu mertua masuk. Pengen lihat cucunya. Cucu pertamanya. Kemudian aku dipindah ke kamar pasien. Di situ sudah ada adek ipar dan bapak mertua. Kemudian jam 5 sore Mama dateng. Nangis deh. Mewek.

Kemudian belajar nenenin. Air susu ibu alhamdulillah dikasih langsung keluar dan banyak. Ini yang paling susah. Si anak bobo terus. harus dibangunin dan nenen 2 jam sekali. Alhamdulillah setelah dibantu mbak perawat bisa nenenin. Seneng rasanya. Bahagia. Ada anak bayi mungil yang minum dari kita. Bayinya juga neteknya pinter. Yeayyy!!

Dokter Enny juga mengajari bagaimana netekin sambil duduk. Sambil tiduran. Alhamdulillah berhasil. Dokter Enny pesen agar anaknya dikasih asi 2 jam sekali dan jangan sampai kuning. Jika kuning harus disinar dan ibu hanya boleh tinggal di kamar kelas 3.

Pas Dokter Laili ngecek pada saat visit, dokter laili berpesan jangan sampai kuning ntar ya. Bayinya bagus.

Setelah kontrol 5 hari alhamdulillah kuningnya dinyatakan masih normal dan nggak kuning. Yeay!!! Berhasil.....!!

Kurang lebih itu pengalamanku sampai 5 hari setelah melahirkan. Nextnya akan cerita tentang manajemen ASIku yang alhamdulillah sampai saat ini masih cukup untuk memenuhi kebutuhan minum Zidane sampai usia sekarang. Betapa perjuangan dari hamil, melahirkan, dan menyusui agar masih tetap bisa ASI luar biasa. Alhamdulillah dengan dukungan suami, mama, papa, ibu, bapak dan orang-orang terkasih.

1 komentar:

  1. Mbak, mau tanya perlengkapan yg harus dibawa ketika melahirkan di JIH apa aja ya? InsyaAllah sy rencana mau melahirkan di JIH jg.

    BalasHapus